Kudus merupakan sebuah kota kecil di Jawa Tengah bagian timur. Adapun dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Salah satu potensi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan kota Kudus adalah keberadaan industri rokok yang sedang berkembang pesat. Beberapa perusahaan rokok yang sedang berkembang tersebut adalah PT. DJARUM, PR. SUKUN, dan PT. NOJORONO. Dimana perusahaan yang menghasilkan rokok dan cerutu dikalangan masyarakat Indonesia tersebut juga menjadi salah satu sumbangsih cukai terbesar kepada negara. Berdasarkan data yang dapat dihimpun oleh penulis, bahwa PT. Djarum saja membayarkan pajak kepada pemerintah hingga mencapai kisaran Rp. 110 Triliun lebih. Perusahaan yang besar juga membutuhkan karyawan yang besar pula, istilah itu sangat cocok untuk membangkitkan semangat para pengangguran. Karena perusahaan tersebut juga memperkerjakan dengan ribuan karyawan baik laki-laki maupun perempuan. Bukti tersebut menunjukkan bahwa Kudus adalah salah satu kota yang sangat kaya karena mampu menghasilkan rupiah kepada pemerintah, juga mampu menimimalisir pengangguran asalkan masyarakatnya juga mau berusaha. Artinya selain Kudus membangun Kota Kudus sendiri, Kudus juga mampu membantu membangun perekonomian Indonesia. Kesuksesan perusahaan tersebut tidak akan lepas oleh sang penemu kretek pada abad ke-19, beliau adalah H. DJAMARI (warga asli Kudus). Dimana pada saat itu, sang pengukir sejarah H. Djamari merasa sakit dibagian dada hingga merasakan sesak nafas, yang kemudian oleh H. Djamari mengoleskan minyak cengkeh. Hingga rasa sakitnya yang reda, kemudian H. Djamari melakukan eksperimen dengan merajang cengkeh dan mencampurkannya dengan tembakau lalu melintingnya menjadi rokok yang bertahan sampai sekarang ini. Itulah sekelumit sejarah yang mengantarkan Kota Kudus menjadi Kota Kretek dengan segenap perusahaan rokoknya yang turut membangun hingga pada usia 466 ini. Kota yang melalui potensi kreteknya mampu memberdayakan kaum perempuan untuk bisa tetap bekerja hingga menghapus pengangguran di kalangan perempuan. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Kota Kudus dengan keberadaan perusahaannya telah memaksimalkan sumber daya manusia yang dimilikinya, mampu membangun masyarakat Kota Kudus juga kota sekitarnya.
Yang penulis rasakan dari kenyataan tersebut, Kudus merupakan kota yang produktif. Artinya, perusahaan memperkerjakan karyawan dengan jumlah yang tidak sedikit dan juga salah satu pemanfaatan Sumber Daya Manusia yang maksimal. Dilakukan oleh ketiga perusahaan baik PT. Djarum, PR. Sukun, dan PT. Nojorono, yang telah mempekerjakan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kudus baik dari perusahaan besarnya sampai anak perusahaan yang dimiliki. Anak perusahaan yang penulis maksudkan disini adalah perusahaan-perusahaan yang berdiri karena dan berasal dari ketiga perusahaan besar tersebut. Disini penulis menuliskan diantara perusahaan besar tersebut yang memiliki anak perusahaan salah satu yang dimiliki PR. Sukun, yaitu percetakan (PT. Sukun Druck ), pertekstilan, eksport-impor, transportasi, dan SPBU. Selain PR. Sukun penulis dan para pembacapun yakin dan mengetahui apa saja anak perusahaan yang dimiliki oleh PT. Djarum dan PT. Nojorono. Dari potensi yang dimiliki perusahaan tersebut penulis dan pembacapun mengetahui seberapa banyak sumber daya manusia yang bergerak didalamnya, sehingga mampu menghasilkan perusahaan yang besar dan maju khususnya dalam mengembangkan Kota Kudus ini. Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengajak pembaca untuk melihat lalu membandingkan bagaimana kehidupan perekonomian masyarakat Kudus.
Pertama, jika dilihat dari kesejahteraan masyarakat. Salah satu bukti bahwa masyarakat Kudus sejahtera bisa dilihat langsung pada pekerjaan, dan status sosialnya. Dimana jika kita berbicara pada status sosial, maka pasti akan langsung melihat bagaimana tempat tinggal, pola dan gaya hidup pada masyarakat tersebut. Masyarakat Kudus lebih modern dengan rumah permanen yang dimilikinya. Hal itu dipengaruhi oleh letak geografis dan sturktur tanah kota Kudus yang tidak labil dan lebih sempurna jika dibandingkan kota lain.
Kedua, jika dilihat pekerjaan. Masyarakat kota Kudus lebih banyak memiliki lapangan pekerjaan terbukti para perempuan selain bekerja sebagai petani, buruh tani, dan pedagang kaum perempuan menengah kebawah bisa bekerja di perusahaan untuk membantu perekonomian keluarga. Salah satunya dengan bekerja sebagai karyawan PT. Djarum dan perusahaan lain yang tersebar diseluruh wilayah kota Kudus. Sebagian untuk kaum ibu juga bekerja sebagai petani atau buruh tani, karena melihat potensi pertanian kota Kudus menjanjikan.
Ketiga, jika dilihat dari peningkatan Sumber Daya Manusia masyarakat kabupaten Kudus. Kota Kudus merupakan kota kretek dimana kota tersebut mendapatkan DHBCHT (Dana Hasil Bagi Cukai Hasil Tembakau). Dana tersebut kini sebagian dialokasikan melalui BLK (Balai Latihan Kerja) untuk memberikan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat Kudus secara gratis sehingga bisa menjadi bekal untuk mengembangkan usaha secara mandiri ataupun sebagai bekal untuk melamar ke perusahaan. Beberapa pelatihan yang bersumber dari DHBCHT yaitu pelatihan komputer, tata boga, tata rias rambut dan manten, otomotif dan masih banyak lagi.
Berdasarkan penjabaran singkat diatas, ketiga perbandingan tersebut dapat saling berhubungan dan akan mempengaruhi sejahtera atau tidaknya masyarakat kota Kudus ini. Adanya keseimbangan antara kemampuan masyarakat dengan fasilitas dari pemerintah yang bisa terarah dengan baik sehingga terciptanya lapangan pekerjaan untuk membangun perekonomian masyarakat kudus. Segenap aparatur pemerintah mulai dari desa-kecamatan-kabupaten yang turut serta dalam jalannya pemberdayaan dalam bentuk alokasi dana dalam pengembangan sumber daya manusia harus lebih bijak. Pemaksimalan sumber daya manusia disegala lapisan harus segera dicanangkan, mulai dari pemberdayaan sumber daya manusia di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, maupun perindustrian. Hilangkan pilih kasih dalam perekrutan ketenagakerjaan agar pembelokkan birokrasi tidak mematahkan semangat masyarakat yang memiliki kemampuan berkualitas. Begitupula berlaku bagi seluruh pemimpin perusahaan yang turut membangun kota Kudus. Jika sumber daya manusia bisa diorientasikan secara sempurna, maka bekal untuk membangun kota Kudus akan lebih mudah dijalankan.
Kita sebagai orang sekarang harus banyak meniru dan belajar pada orang yang pernah menjajah kita, seperti yang dilakukan oleh keluarga Martono. Yang sebagai pendiri, pemilik serta pengelola utama PR. SUKUN yang semakin berkembang dengan diterapkannya disiplin kerja yang tinggi. Kita sebagai masyarakat Kota Kudus harus selalu mengembangkan kemampuan kita agar tetap bisa menjaga keeksistensian dalam membangun Kota Kudus. Saling menjaga dan mempertahankan kemampuan yang kita miliki di tengah perjuangan sang pemimpin membangun diri untuk mewujudkan Kota Kudus yang lebih mandiri.
Yang penulis rasakan dari kenyataan tersebut, Kudus merupakan kota yang produktif. Artinya, perusahaan memperkerjakan karyawan dengan jumlah yang tidak sedikit dan juga salah satu pemanfaatan Sumber Daya Manusia yang maksimal. Dilakukan oleh ketiga perusahaan baik PT. Djarum, PR. Sukun, dan PT. Nojorono, yang telah mempekerjakan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kudus baik dari perusahaan besarnya sampai anak perusahaan yang dimiliki. Anak perusahaan yang penulis maksudkan disini adalah perusahaan-perusahaan yang berdiri karena dan berasal dari ketiga perusahaan besar tersebut. Disini penulis menuliskan diantara perusahaan besar tersebut yang memiliki anak perusahaan salah satu yang dimiliki PR. Sukun, yaitu percetakan (PT. Sukun Druck ), pertekstilan, eksport-impor, transportasi, dan SPBU. Selain PR. Sukun penulis dan para pembacapun yakin dan mengetahui apa saja anak perusahaan yang dimiliki oleh PT. Djarum dan PT. Nojorono. Dari potensi yang dimiliki perusahaan tersebut penulis dan pembacapun mengetahui seberapa banyak sumber daya manusia yang bergerak didalamnya, sehingga mampu menghasilkan perusahaan yang besar dan maju khususnya dalam mengembangkan Kota Kudus ini. Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengajak pembaca untuk melihat lalu membandingkan bagaimana kehidupan perekonomian masyarakat Kudus.
Pertama, jika dilihat dari kesejahteraan masyarakat. Salah satu bukti bahwa masyarakat Kudus sejahtera bisa dilihat langsung pada pekerjaan, dan status sosialnya. Dimana jika kita berbicara pada status sosial, maka pasti akan langsung melihat bagaimana tempat tinggal, pola dan gaya hidup pada masyarakat tersebut. Masyarakat Kudus lebih modern dengan rumah permanen yang dimilikinya. Hal itu dipengaruhi oleh letak geografis dan sturktur tanah kota Kudus yang tidak labil dan lebih sempurna jika dibandingkan kota lain.
Ketiga, jika dilihat dari peningkatan Sumber Daya Manusia masyarakat kabupaten Kudus. Kota Kudus merupakan kota kretek dimana kota tersebut mendapatkan DHBCHT (Dana Hasil Bagi Cukai Hasil Tembakau). Dana tersebut kini sebagian dialokasikan melalui BLK (Balai Latihan Kerja) untuk memberikan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat Kudus secara gratis sehingga bisa menjadi bekal untuk mengembangkan usaha secara mandiri ataupun sebagai bekal untuk melamar ke perusahaan. Beberapa pelatihan yang bersumber dari DHBCHT yaitu pelatihan komputer, tata boga, tata rias rambut dan manten, otomotif dan masih banyak lagi.
Berdasarkan penjabaran singkat diatas, ketiga perbandingan tersebut dapat saling berhubungan dan akan mempengaruhi sejahtera atau tidaknya masyarakat kota Kudus ini. Adanya keseimbangan antara kemampuan masyarakat dengan fasilitas dari pemerintah yang bisa terarah dengan baik sehingga terciptanya lapangan pekerjaan untuk membangun perekonomian masyarakat kudus. Segenap aparatur pemerintah mulai dari desa-kecamatan-kabupaten yang turut serta dalam jalannya pemberdayaan dalam bentuk alokasi dana dalam pengembangan sumber daya manusia harus lebih bijak. Pemaksimalan sumber daya manusia disegala lapisan harus segera dicanangkan, mulai dari pemberdayaan sumber daya manusia di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, maupun perindustrian. Hilangkan pilih kasih dalam perekrutan ketenagakerjaan agar pembelokkan birokrasi tidak mematahkan semangat masyarakat yang memiliki kemampuan berkualitas. Begitupula berlaku bagi seluruh pemimpin perusahaan yang turut membangun kota Kudus. Jika sumber daya manusia bisa diorientasikan secara sempurna, maka bekal untuk membangun kota Kudus akan lebih mudah dijalankan.
Kita sebagai orang sekarang harus banyak meniru dan belajar pada orang yang pernah menjajah kita, seperti yang dilakukan oleh keluarga Martono. Yang sebagai pendiri, pemilik serta pengelola utama PR. SUKUN yang semakin berkembang dengan diterapkannya disiplin kerja yang tinggi. Kita sebagai masyarakat Kota Kudus harus selalu mengembangkan kemampuan kita agar tetap bisa menjaga keeksistensian dalam membangun Kota Kudus. Saling menjaga dan mempertahankan kemampuan yang kita miliki di tengah perjuangan sang pemimpin membangun diri untuk mewujudkan Kota Kudus yang lebih mandiri.
Komentar